CHARLES di BINUS: SUTRADARA Adalah PEMIMPIN dan PELAYAN SEKALIGUS

Pengalaman. Selasa 15 Oktober 2024, Sutradara, Produser, Penulis Skenario dan Sutradara Laga, Charles Gozali (biasa dipanggil: CG – dibaca cege) memenuhi undangan Dosen Universitas Bina Nusantara, Ekky Imanjaya. Kesempatan itu dimanfaatkan CG untuk membagi pengalamannya kepada mahasiswa Universitas Bina Nusantara dengan topik: The Art and Business Side Film Directing. Bertempat di auditorium Universitas Binus, Alam Sutra, CG berbicara di depan puluhan mahasiswa Program Perfilman Universitas Bina Nusantara.

Dalam acara berdurasi 2 jam lebih, CG berbagi kiat menjadi sutradara yang tidak terkungkung dalam satu genre film. CG jujur mengakui sampai saat ini dirinya masih memposisikan sebagai sutradara yang berusaha memenuhi selera publik. “Saya belum memiliki kesempatan yang sesuai dg keinginan saya. Saya masih bikin film yang sesuai dg keinginan pasar.” Secara terbuka dia memuji para sutradara yang mampu mengundang antrian investor setiap kali hendak memulai sebuah proyek film. “Saya masih dalam taraf membangun kepercayaan investor.”

Dia membuka cerita saat harus mengajukan proposal kepada investor yang meragukan kemampuannya mengarahkan film, karena sejak mendirikan MAGMA tahun 2003, belum satupun terlahir film yang lahir dari tangannya mampu masuk ke dalam daftar Box Office. “Mo bagaimana?, karena kenyataannya memang begitu,”paparnya yang disetujui oleh Line Producer MAGMA, Harjono Parser yang ikut hadir dalam acara tersebut.

Keliru. Kenyataan itu menjadi tantangan bagi CG dan Tim Magma, hingga akhirnya melahirkan film SOBAT AMBYAR pada saat Pandemi 2020 dan kemudian melahirkan QODRAT (2022) yang masuk Boc Office dan membalikan persepsi keliru mengenai profil Ustadz di film-film Indonesia. “Saya sampaikan kepada tim, ini buah dari rasa ‘lapar’ bertahun-tahun untuk membuat film baik dan diterima Masyarakat.”

Selain berbicara dari aspek penyutradaraan, CG yang juga produser dan penulis scenario juga membagikan POV-nya dari dua sudut pandang itu. Dia bahkan membuat materi presentasi yang disebutnya sebagai Triangle System in Film Productions. Secara sederhana dia memaparkan lingkup tugas ketiga profesi itu dalam sebuah produksi film. “Sutradara adalah pemimpin dari sebuah tim produksi, tetapi dia juga berfungsi sebagai pelayan yaitu melayani keinginan pasar yang diwujudkan oleh anggaran yang disediakan produser.” Sedangkan, penulis skenario, harus mampu menyatukan visi seorang sutradara dan kepentingan produser, urainya secara singkat dan padat.

Kepada para mahasiswa yang hendak menjadi sutradara, CG berpesan agar dalam membuat film membawa nilai-nilai Indonesia ke level global seperti yang sudah dilakukan sejumlah sutradara. Selain itu, kenali penonton dengan cara membawa POV yang penonton inginkan. “Menjadi sutradara atau produser jangan mudah patah. Jika dalam sebuah produksi, sutradara tidak menemui kondisi-kondisi ideal, maka berkreasilah agar produksi film tetap bisa dilanjutkan dan diwujudkan. Karena tanggungjawabmu bukan hanya pada penyandang dana, melainkan juga kepada publik dan terutama pada idealism mu sebagai pekerja kreatif,” tegasnya.

Sebagai penutup paparan, CG mengingatkan meski film membawa aspek komersil, tetapi jangan lupakan aaspek moral di dalamnya. “Moralitas dalam film, tetap berpijak pada moralitas universal,” pungkasnya. (Tim Magma)